BREBES,- Telaga Ranjeng Brebes menyimpan pesona alam yang memukau serta berbagai kisah mistis yang menarik perhatian. Terletak di kaki Gunung Slamet, tepatnya di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, telaga ini bukan hanya sekadar objek wisata, melainkan juga menyimpan cerita misteri yang telah berkembang di masyarakat sekitar.
Sejarah panjang Telaga Ranjeng tak lepas dari mitos yang berkembang di masyarakat. Konon, telaga ini berkaitan erat dengan sosok Mbah Ranjeng, yang dipercaya memiliki istana megah di dasar telaga. Cerita tentang istana gaib yang tersembunyi di dalam telaga ini menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Tidak hanya dikenal sebagai tempat wisata alam, Telaga Ranjeng juga dianggap keramat oleh sebagian warga sekitar yang meyakini bahwa tempat ini memiliki kekuatan gaib.
Dibangun pada tahun 1924, telaga ini dikelilingi oleh hutan damar dan pinus yang rimbun. Masyarakat meyakini bahwa air telaga yang jernih dan kedalamannya yang tidak terukur ini pernah menjadi tempat pemandian para tokoh besar kerajaan Jawa. Hingga kini, berbagai cerita mistis masih terus hidup dan menyelimuti kawasan ini.
Salah satu mitos terkenal yang melekat pada Telaga Ranjeng adalah keberadaan ikan keramat. Berdasarkan cerita masyarakat, jenis ikan yang ada di telaga ini sering kali berganti-ganti, mulai dari ikan wader, ikan lele, hingga ikan mas. Fenomena ini masih menjadi misteri dan tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Namun, warga sekitar percaya bahwa pergantian ikan ini berhubungan dengan kekuatan gaib yang ada di dalam telaga.
Yang lebih menarik, ada legenda tentang ikan lele raksasa yang dipercaya sebagai raja ikan lele. Ikan ini konon memiliki ukuran yang sangat besar dan menjadi simbol mistis di telaga tersebut. Masyarakat percaya bahwa siapa pun yang berusaha menangkap atau mengambil ikan dari telaga ini akan mendapatkan sial atau malapetaka.
Bagi sebagian orang, Telaga Ranjeng bukan hanya sekadar objek wisata, melainkan juga tempat yang penuh dengan berkah. Banyak pengunjung datang ke sana untuk mencari keberkahan atau untuk melakukan ritual tertentu. Beberapa pengunjung membawa sesajen seperti kemenyan dan bunga tujuh rupa, dengan harapan agar diberikan keselamatan atau tanah pertanian mereka subur dan terhindar dari hama.
Meski diselimuti kisah mistis dan mitos, Telaga Ranjeng tetap menarik bagi wisatawan. Biasanya, pengunjung ramai pada akhir pekan dan jumlahnya meningkat pada libur Lebaran, Natal dan Tahun baru. Dengan perhatian yang lebih dalam hal perawatan dan pengelolaan, Telaga Ranjeng memiliki potensi untuk berkembang menjadi objek wisata yang lebih terkenal dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.(CA)