Banjir Rob di Losari Brebes, Ribuan Rumah Terendam dan Tambak Bandeng Hancur

BREBES, Brebesinfo.com – Banjir rob melanda Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Ribuan rumah warga dan ratusan hektare tambak bandeng serta udang terendam air laut pasang.

Lima desa pesisir yang terdampak yakni Prapag Lor, Prapag Kidul, Limbangan, Karangdempel, dan Kecipir. Genangan air dengan ketinggian 30 hingga 50 sentimeter merendam jalan utama dan merembes ke permukiman warga.

Di sejumlah titik, terutama yang dekat pantai dan sungai, ketinggian air bahkan lebih tinggi. Warga terpaksa mengevakuasi barang berharga dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Banjir rob juga memporakporandakan tambak-tambak warga. Ikan bandeng dan udang banyak yang hanyut terbawa arus setelah tanggul jebol.

“Ikan bandeng dan udang saya habis. Tambak jebol karena air laut masuk tiba-tiba,” ujar Muhaemin, anggota DPRD Brebes dari Fraksi Gerindra yang juga warga Prapag Kidul, Minggu (25/5/2025).

Ia menjelaskan bahwa banjir rob tahunan seperti ini bisa diprediksi lewat penanggalan musim tradisional Jawa.

“Menurut titi mangsa, rob besar biasanya terjadi pada mangsa kedelapan dan kesanga. Tanda-tandanya juga bisa dilihat dari pergerakan bintang,” jelasnya.

Muhaemin juga menyoroti abrasi pantai yang kian mengikis lahan tambak di Losari. Ia meminta pemerintah membangun seawall atau pemecah ombak seperti di daerah pesisir lainnya.

“Kalau tidak segera dibangun seawall, abrasi akan semakin luas dan tambak warga terus hilang,” tegasnya.

Selain itu, ia mendorong adanya normalisasi Sungai Kali Bosok dari Desa Pengabean sampai Prapag Kidul. Pendangkalan sungai dinilai ikut memperparah banjir rob.

“Harus ada pengerukan dan pelebaran sungai agar air bisa cepat mengalir ke laut,” tandasnya.

Warga lainnya, Cartiwan (50), berharap pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap wilayah pesisir.

“Setiap tahun kami selalu terdampak rob. Rumah rusak, tambak hancur, kerugian tidak sedikit,” katanya.

Ia meminta solusi nyata dan berkelanjutan agar warga tidak terus menjadi korban.

“Kami butuh perlindungan. Jangan tunggu sampai kerusakan makin besar baru bertindak,” pungkasnya.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *