Makna Medali Emas BSR 2025: Lambang Semangat Bung Karno dan Kemenangan Diri

BREBES, Brebesinfo.com – Medali Brebes Soekarno Run (BSR) 2025 tak sekadar menjadi penghargaan bagi peserta yang menyentuh garis akhir. Lebih dari itu, medali ini membawa makna filosofis yang dalam: tentang perjalanan, ketekunan, dan keberanian berlari di atas kaki sendiri, sejalan dengan nilai-nilai yang diwariskan Bung Karno.

Dua Sisi Medali, Dua Representasi

Desain medali BSR 2025 menampilkan dua sisi yang merepresentasikan nasionalisme dan kearifan lokal.
Di satu sisi, terpampang wajah Bung Karno, ikon keberanian dan gagasan besar dalam sejarah bangsa.

Di sisi lain, tampak simbol lokal Brebes dan logo “Brebes Beres” sebagai lambang semangat daerah yang maju tanpa melupakan akar budayanya.

“Kami ingin setiap pelari merasa bahwa mereka membawa semangat besar bangsa dan daerahnya dalam satu medali,” ujar Saeful Bakhtiar, Ketua Panitia Brebes Soekarno Run 2025.

Warna Emas: Simbol Menang Melawan Diri Sendiri

Berbeda dengan medali yang biasa identik dengan podium, warna emas di BSR 2025 menjadi simbol kemenangan atas rasa malas, ragu, dan tidak percaya diri. Semua peserta yang menyelesaikan rute berhak atas medali ini.

“Dalam BSR 2025, tidak ada yang kalah. Semua yang sampai garis akhir adalah pemenang, karena telah mengalahkan dirinya sendiri,” tambah Saeful Bakhtiar.

Tali Medali: Simpul Nasionalisme dan Budaya Lokal

Tali medali menampilkan motif etnik khas Brebes dan desain visual Brebes Soekarno Run. Kombinasi ini menjadi jembatan antara semangat nasionalisme dan identitas lokal yang harus terus dijaga.

Untuk Semua Finisher: Spirit Inklusif

BSR 2025 menjunjung tinggi semangat inklusif dan gotong royong. Medali diberikan kepada semua peserta yang menuntaskan lari, tanpa memandang usia maupun kategori.

Ini sejalan dengan pesan Bung Karno: semangat berdikari bukan soal siapa tercepat, tapi siapa yang tetap melangkah dan tidak berhenti.

“Medali ini bukan penutup, tapi awal semangat baru. Setiap langkah adalah warisan, dan setiap peluh adalah cinta pada negeri,” tutup Saeful Bakhtiar.(*)

Related Posts

Berita Lainnya