BREBES, Brebesinfo.com – Pendidikan di Kabupaten Brebes, khususnya di Kecamatan Bantarkawung, saat ini menghadapi tantangan serius. Di SD Negeri Tambakserang 03, Desa Tambakserang, Kecamatan Bantarkawung, para siswa harus belajar di ruang kelas dengan atap yang sudah jebol dan hampir roboh.
Meskipun kondisi ini sangat membahayakan, hingga kini belum ada tindakan nyata untuk memperbaiki ruang kelas yang rusak tersebut.
Kepala SD Negeri Tambakserang 03, Dul Karim, S.Pd., mengungkapkan bahwa mereka sudah beberapa kali mengajukan permohonan perbaikan. Pihak sekolah bahkan telah disurvei oleh instansi terkait, namun hingga kini tidak ada tindak lanjut.
“Kami tidak menginginkan fasilitas yang lebih baik dari sekolah lain, tetapi yang terpenting adalah keselamatan siswa. Kami hanya ingin ruang kelas yang aman bagi anak-anak kami,” ujarnya.
Kepala Desa Tambakserang, Usep Asikin, juga menyuarakan kekecewaannya terhadap pemerintah daerah yang tidak segera memperbaiki sekolahan yang ada di Desanya.

“Sekolah kami sangat membutuhkan perbaikan, terutama ruang kelas yang rusak dan membahayakan keselamatan siswa. Namun, hingga sekarang, belum ada perbaikan yang dilakukan,” kata Usep. Selasa (28/1/2025).
Ia berharap pemerintah daerah dapat lebih bijak dalam mengalokasikan anggaran untuk memperbaiki kondisi sekolah yang rusak.
Selain itu, di SD Telaga 01, Desa Telaga, masalah serupa juga terjadi. Ruang sekolah mengalami kerusakan berat dengan tanah di samping tembok sekolah yang longsor.
Kerusakan ini telah terjadi selama empat tahun, namun hingga kini belum ada perbaikan yang dilakukan. Para siswa harus belajar dalam kondisi yang tidak aman.
Kepala SD Negeri Telaga 01, Bintoro, merasa sangat kecewa dengan lambatnya respon pemerintah daerah terhadap kerusakan sekolah mereka.

“Kami sudah beberapa kali mengajukan permohonan perbaikan, namun tidak ada tindak lanjut. Sekolah kami dalam kondisi darurat dan sangat membutuhkan perhatian serius,” kata Bintoro.
Ia berharap pemerintah segera menanggapi masalah ini agar siswa dapat belajar dalam kondisi yang lebih baik dan aman.
Kepala Desa Telaga, Rosyad, juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah daerah yang tak kunjung memperbaiki sekolahan yang ada di Desanya.
“Tanah di samping tembok sekolah sudah longsor selama empat tahun, namun belum ada perbaikan yang dilakukan. Kami sudah mengajukan permohonan perbaikan berkali-kali, namun hingga kini tidak ada solusi,” kata Rosyad.
Ia berharap agar pemerintah daerah lebih serius dalam menangani kerusakan sekolah-sekolah yang sangat membutuhkan perbaikan agar anak-anak dapat belajar dengan aman.

Kasus yang terjadi di kedua sekolah ini memperlihatkan ketimpangan dalam alokasi anggaran dan prioritas perbaikan infrastruktur pendidikan.
Masyarakat setempat pun mulai mempertanyakan transparansi dan pengelolaan anggaran yang tidak tepat sasaran. Mereka berharap pemerintah bisa lebih fokus pada perbaikan fasilitas yang langsung digunakan oleh siswa.
“Kami hanya ingin pemerintah lebih fokus memperbaiki sekolah yang rusak, bukan sekadar memperbaiki fasilitas yang jarang digunakan,” ujar salah seorang warga.
Masyarakat berharap agar anggaran pendidikan benar-benar digunakan untuk memperbaiki kondisi sekolah yang sangat membutuhkan perbaikan.(*)