10 Tanda Brain Rot, Penurunan Fungsi Otak Akibat Paparan Konten Tak Bermakna

BREBES, Brebesinfo.com – Istilah brain rot atau “kebusukan otak” kini ramai dibicarakan di media sosial, terutama di kalangan generasi muda. Istilah ini mengacu pada penurunan kemampuan berpikir kritis, daya ingat, dan fungsi kognitif secara umum, yang disebabkan oleh konsumsi konten dangkal secara terus-menerus.

Fenomena ini menjadi perhatian karena banyak orang tak menyadari bahwa aktivitas digital mereka justru melemahkan fungsi otak. Salah satu faktor utama adalah paparan konten yang bersifat hiburan semata, tanpa makna atau nilai edukatif yang signifikan.

Berikut ini 10 tanda yang bisa menjadi indikator brain rot, dikutip dari akun Instagram @mealplan.id.

1. Lebih Suka Menonton Konten “Receh” Tanpa Makna Mendalam

            Menonton video pendek yang lucu atau menghibur memang menyenangkan, namun jika dikonsumsi secara berlebihan, otak akan terbiasa dengan informasi yang dangkal dan cepat selesai. Kebiasaan ini membuat kita enggan menyerap konten yang membutuhkan pemikiran lebih dalam.

            Seiring waktu, kemampuan otak untuk menganalisis informasi yang kompleks bisa menurun. Padahal, otak perlu tantangan intelektual agar tetap aktif dan tajam. Konten yang receh, jika tidak diimbangi dengan konsumsi yang bermanfaat, justru bisa merusak pola pikir.

            2. Tidak Merasa ‘Excited’ dalam Segala Hal

              Kehilangan rasa antusias dalam menjalani aktivitas sehari-hari bisa menjadi gejala awal penurunan fungsi otak. Hal ini sering tidak disadari karena dianggap hanya sebagai rasa bosan biasa.

              Namun, ketika otak tidak lagi merespons stimulus secara sehat, rasa semangat pun ikut menurun. Ini bisa terjadi karena otak terlalu sering menerima stimulus instan yang tidak berkualitas, membuat hal-hal biasa terasa membosankan.

              3. Sering Menunda, Tidak Mau Memulai Kegiatan Baru

                Prokrastinasi atau kebiasaan menunda pekerjaan bisa menjadi sinyal bahwa otak sedang mengalami kelelahan mental. Ketika fungsi eksekutif otak terganggu, seseorang akan sulit mengambil keputusan atau memulai hal baru.

                Kondisi ini bisa memburuk jika terus dibiarkan. Otak yang tidak digunakan untuk berpikir aktif secara perlahan akan kehilangan kemampuannya dalam mengatur prioritas dan merencanakan tindakan.

                4. Malas Berpikir Secara Kritis

                  Kritis berpikir adalah keterampilan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, paparan konten dangkal dapat membuat seseorang terbiasa menerima informasi tanpa analisis.

                  Akibatnya, individu menjadi pasif dan tidak mempertanyakan kebenaran suatu informasi. Ini membuat mereka rentan terhadap hoaks atau informasi menyesatkan, karena tidak terbiasa melakukan penalaran logis

                  5. Mudah Melupakan Sesuatu yang Baru Dibaca atau Didengar

                    Daya ingat yang menurun juga menjadi gejala umum dari brain rot. Informasi yang baru saja diterima mudah terlupakan karena otak tidak benar-benar menyimpannya dengan baik.

                    Kebiasaan multitasking saat menggunakan gawai membuat otak tidak fokus. Ini menyebabkan memori jangka pendek bekerja tidak optimal, sehingga banyak informasi tidak sempat diproses menjadi pengetahuan jangka panjang.

                    6. Selalu Scrolling HP Tanpa Disadari

                      Kebiasaan scrolling ponsel secara refleks, bahkan saat tidak ada kebutuhan jelas, menunjukkan bahwa kita telah kehilangan kontrol atas kebiasaan digital. Aktivitas ini bisa mengganggu fokus dan menurunkan kesadaran terhadap lingkungan sekitar.

                      Hal ini juga menunjukkan bahwa otak telah terbiasa mencari stimulus cepat dari layar, sehingga sulit merasa puas tanpa adanya gerakan visual atau hiburan. Ini berdampak langsung pada penurunan kualitas perhatian.

                      7. Sulit Fokus dalam Waktu Lama

                        Kemampuan untuk mempertahankan fokus dalam jangka waktu panjang semakin langka di era digital. Otak yang terbiasa dengan konten singkat dan cepat akan kesulitan untuk bertahan menghadapi tugas-tugas yang menuntut konsentrasi.

                        Akibatnya, pekerjaan atau pembelajaran pun menjadi kurang maksimal. Bahkan, membaca satu halaman buku bisa terasa berat jika otak sudah terlalu terbiasa dengan scrolling cepat di media sosial.

                        8. Hanya Tertarik Membahas Hal Ringan

                          Seseorang yang mengalami brain rot biasanya lebih nyaman membicarakan topik-topik ringan dan menghindari diskusi mendalam. Ini karena otak tidak lagi terbiasa dengan argumen atau pemikiran yang kompleks.

                          Padahal, diskusi berat dan reflektif sangat penting untuk menjaga ketajaman berpikir. Kurangnya ketertarikan pada diskusi bermakna bisa mempercepat penurunan fungsi kognitif secara bertahap.

                          9. Gampang Overthinking dan Mood Swing

                            Otak yang tidak sehat juga cenderung menciptakan pola pikir negatif yang berlebihan. Ini bisa muncul dalam bentuk overthinking, kecemasan, atau perubahan suasana hati yang ekstrem.

                            Ketika stimulus yang diterima otak tidak seimbang, emosi menjadi tidak stabil. Kombinasi antara stres digital dan kurangnya aktivitas yang menyehatkan mental membuat suasana hati cepat berubah.

                            10. Susah Tidur (Insomnia)

                              Kebiasaan menggunakan gawai sebelum tidur sangat berkontribusi pada gangguan tidur. Cahaya biru dari layar bisa mengganggu produksi hormon melatonin yang mengatur siklus tidur.

                              Selain itu, otak yang terlalu aktif akibat konsumsi konten digital menjelang malam hari membuat tubuh sulit untuk rileks. Ini menyebabkan tidur tidak nyenyak dan keesokan harinya merasa lelah secara mental.

                              Kesimpulan

                              Fenomena brain rot menjadi sinyal bahwa kita perlu lebih bijak dalam mengelola aktivitas digital. Menyisihkan waktu untuk membaca buku, berdiskusi bermakna, atau sekadar diam tanpa distraksi gawai bisa menjadi langkah awal menjaga kesehatan otak.

                              Tanda mana yang kamu alami?