YOGYAKARTA, Brebesinfo.com – Lari semakin digemari masyarakat sebagai olahraga murah dan mudah dilakukan. Tren ini terlihat jelas di Yogyakarta, di mana hampir setiap akhir pekan ada event lari yang menarik ratusan hingga ribuan peserta.
Banyak orang beranggapan bahwa lari membutuhkan outfit khusus agar nyaman dan tampil stylish. Namun, sebuah tren baru muncul di Jogja yang membuktikan bahwa lari tak butuh outfit mahal. Tren ini disebut pelari hibrida dan tengah menarik perhatian para penghobi lari.
Pelari hibrida adalah konsep unik yang diperkenalkan oleh Hansa Lutfi, seorang running enthusiast asal Jogja. Ia mengajak orang untuk berlari dengan pakaian sederhana, bahkan menggunakan kaos yang biasa dipakai petani saat bercocok tanam.
“Saya pakai kaos pupuk jagung yang biasa dipakai petani. Awalnya iseng, tapi ternyata menarik perhatian. Saya unggah di media sosial, lalu banyak yang ikut-ikutan,” ujar Hansa, Selasa (11/2/2025).
Tren ini berkembang pesat. Banyak pelari dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Palangkaraya, Surabaya, Klaten, hingga Jember, mulai mencoba gaya pelari hibrida. Bukan hanya soal gaya unik, tetapi juga pesan bahwa lari bisa dilakukan siapa saja tanpa harus membeli outfit mahal.
Menurut Hansa, banyak orang menunda berlari karena merasa belum memiliki perlengkapan yang sesuai. Padahal, yang terpenting dalam lari adalah niat dan kenyamanan, bukan merek pakaian atau sepatu yang mahal.
“Siapa saja bisa lari untuk sehat. Tidak perlu menunggu punya outfit tertentu. Pakai yang ada, yang nyaman, dan mulai saja,” tambahnya.
Selain kaos petani, komunitas pelari hibrida di Jogja juga pernah mencoba berlari dengan sarung. Momen ini terjadi saat Ramadan lalu, ketika mereka berlari menjelang berbuka puasa sambil membagikan takjil.
Tren ini mengingatkan pada fenomena olahraga lain yang sempat populer, seperti bersepeda beberapa tahun lalu. Bedanya, lari lebih mudah diakses karena tidak memerlukan perlengkapan mahal atau keterampilan khusus.
Sport tourism di Jogja pun semakin berkembang berkat tren ini. Event lari di Yogyakarta kini bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup dan kebudayaan yang unik.
Selain itu, fenomena pelari hibrida juga membawa pesan sosial. Dengan memilih pakaian sederhana, mereka ingin menunjukkan bahwa olahraga tidak harus eksklusif. Semua orang bisa memulai gaya hidup sehat tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya.
Respon positif dari komunitas lari menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang menyadari pentingnya aktivitas fisik tanpa harus mengikuti standar fashion tertentu.
Jogja selalu punya cara unik dalam mempopulerkan tren. Dari kaos petani hingga sarung, pelari hibrida membuktikan bahwa lari adalah olahraga yang inklusif dan bisa dilakukan siapa saja.
Jadi, masih mau menunda mulai lari hanya karena belum punya outfit yang mahal? Coba gaya pelari hibrida dan rasakan sendiri keseruannya!.(*)
(Sumber: KRJogja.com)